AKN's BLOG

Beberapa waktu belakangan saya resah, termasuk pada diri saya sendiri. Betapa semakin bertambah umur, kita semakin susah untuk menerima hal baru. "Saya gak bisa" "Bukan expertise saya" Di satu sisi, kalau sangkutannya ke keilmuan, hal ini mencirikan adab untuk tidak membicarakan hal yang tidak diketahui. Tapi kalau soal skill, di era serba cepat gini dengan mindset kayak begitu bikin manusia tersebut ibarat barang reject karena tidak kompatibel dengan zaman. Di Harlah PII Wati ke-56 ini, yang serba online ini, saya senang. Senang karena bisa ngurusin sambil rebahan dan senang ada wahana belajar baru --disamping senang karena akhirnya sibuk berorganisasi lagi dan silaturrahim dengan teman-teman dengan semangat muda di mana-mana. Kalau gak begini, mana akrab kami sama platform media sosial dan konferensi daring. Padahal cuma Instagram dan Zoom yang segitu user friendlynya. Cuma yah... selama ini kita anggap gak banyak berkaitan dengan hidup kita sehin

Loncat lagi ya nulis pengalamannya... Ketika saya kontrol kedua pasca bedah, yang topiknya adalah dokternya akan bahas tentang hasil lab --yang sudah saya tau bahwa hasilnya TB kelenjar, saya cari referensi berupa pengalaman orang dengan penyakit yang sama dengan yang saya alami. Motivasi saya nulis pengalaman yang gini-gini kan ya untuk jadi referensi lagi juga buat yang perlu. Dan saya juga perlu pengalaman mereka. Karena... mendengarkan 'kata orang' yang bukan ahli atau penyintasnya mah kita cuma dapet kemungkinan atau prediksi yang kurang tepat. Kalo dapet cerita dari yang pernah ngerasain kan lebih valid --walaau pasti gak persis sama--, seenggaknya bikin kita lebih siap. Keluarga Panda https://keluargapanda.com/pengalaman-menghadapi-tb-kelenjar/ Saya gak nelusurin tulisan lain dari blog ini. Nampaknya yang kena kasus ini ibu di keluarga itu. Beliau kena TB kelenjar dan berobat di Turki karena domisili di sana. Kondisinya beliau masih punya anak kecil. Dari blog

Saya punya benjolan di leher, dan mau operasi. Dokter menjadwalkan saya untuk operasi keesokan hari setelah pemeriksaan. Untuk operasi ini katanya saya perlu tes darah, rontgen dan tes Covid dan memastikan kalo saya gak hamil. Kata dokter, hari ini (saat periksa) saya cek darah dan rontgen supaya besok hasilnya bisa diambil lalu besok datang pagi dan rapid test. Saya gak ada bayangan kayak gimana rapid test itu. Kalo rontgen saya udah pernah waktu mau operasi gigi bungsu, untuk tes darah ya gak asing lah ya pasti pake suntikan. Yang jelas, semua yang berkaitan dengan operasi ini ditanggung BPJS kecuali rapid test dan cek hasil operasi ke lab. Dokternya agak kayak minta maaf dan pengertian gitu bahwa rapid test ini harganya 300 ribu (eh iya kan?). Waktu ditanya perawat untuk dibuatkan surat, nanya ke saya mau kapan tes Covid saya malah jadi bingung mending sekarang apa besok. "Mending sekarang, jadi besok nyantai. Eh tapi kalo uangnya belum ada ya besok aja juga gapapa" k

Sebelumnya saya oernah ngomongin P Nation waktu lagi bahas Crush. Pengetahuan saya waktu itu terbatas dan gak kepo-kepo banget soal agensi baru ini walau sesungguhnya dia banyak diapresiasi. Tapi saya jadi mulai lebih kepo dan mencoba berspekulasi tentang mereka setelah liat instagramnya Psy. Kenapa? Kagummm! Psy- Sajangnim suportif banget ama artis-artisnya (read: nge-meme-in dirinya sendiri X talent nya). Kalo penasaran kepoin aja ig  42psy42 . Yup. P Nation ini agensi yang didirikan sama Psy yang nyanyi Gangnam Style itu. Didiriinnya awal tahun 2019 setelah dia beres dari YG. Artis yang pertama tandatangan kontrak ama dia itu si Jessi yang adorably savage itu, disusul pasangan bucin HyunA dan E'Dawn yang bikin semua orang apresiatif -- both sama perjuangan pasangan ini yang berani talk openly about their relationship dan kesantuyan P Nation yang nampung mereka. Ya emang mereka talented sih, kenapa pula didepak cuma gara-gara ngaku pacaran (bener agensi sebelumnya lah

Maaf ya saya agak nge-skip langsung ke sini. Insyaallah perjalanan berobatnya bakal saya selesain nulisnya juga. Fast forward, jadi sejauh ini yang saya alami seputar apa yang terjadi dengan benjolan di leher saya: - Muncul di leher kanan sekitar April sebelum puasa, tapi gak periksa ke rumah sakit karena khawatir ketularan korona (tanda-tanda korona yang cenderung positifnya gak muncul di saya soalnya, dan saya lagi jaga hidup sehat mulai Maret itu). Belum tau benjolannya karena apa. - Periksa ke puskesmas tengah Juni karena benjolannya terasa membesar dan sakit akibat kecapekan, disuruh milih bedah atau obat, saya pilih obat dan dikasih antibiotik+parasetamol. Dibilangnya 'kelenjar' doang ama dokter. - Kontrol pertama sip. Mulai mengecil, gak sakit, disuruh obat lagi dulu ama dokternya. - Kontrol kedua tidak baik, karena dua hari gak ngobat sebab gak ke puskesmas sebekum weekend. Benjolannya merah, pegel sampe kesemutan sekujur tangan kanan. Dokternya mau marahin tapi s

Ketimbang Summerhate, single barunya yang kolab ama Rain itu, saya menikmati banget MV Cartoon. Gemes gemes gitu vibenya kayak I Am You, You Are Me. Style rambut dan kostumnya ala-ala manga/anime petualangan di masa depan yang buminya udah ancur dan recovery di mana cuma sedikit makhluk yang survive aja yang masih ada. Istilahnya apocalypse ya? Kalo soal genre, saya kurang tau itu apa. Tapi ya itu, bikin gemes. Sepakat banget ama koreografinya yang joget kecil-kecil itu. Yang jadi highlight lain, aktris yang dipakenya Juhyun Park yang katanya lagi booming  karena drama Extracurricular. Park Juhyun pake kacamata canggih 😎 Cakep bangeet ya Allah mukanya tuh manis unyu polos tapi tangguh juga. Dia ada di video clip Workman yang digarap H1GHR juga sih, tapi disitu dia keliatannya agak gemukan gitu dan saya gak baca komen pas pertama nonton. Jadi ngiranya 'itu siapa dah cewe... anak H1GHR juga apa gimana tapi kok gak dapet line , cuma joget aja'. Waktu diintervie

Supaya sembuh dari benjolan ini, pekan pertama saya coba untuk nurut sama dokter. Sesungguhnya saat itu saya lagi program defisit kalori dan rajin olahraga supaya sehat, fit dan punya badan proporsional. Tapi setelah saya lihat di keterangan minum obat dan ngobrol sama teman, saya baru tau ternyata antibiotik itu diminumnya mesti jeda 8 jam. Kenapa jadi ‘tapi’? Karena pola makan 8 jam sekali saya rasa itu merusak diet saya. Tapi mau gak mau, karena saya inget dulu pernah baca tuisan kenapa minum obat ada aturannya dan bentuk obat beda-beda, jadi saya mencoba untuk nurut dan disiplin soal minum obat ini. Lebay ya? Yah namanya juga ikhtiar buat sehat. Minum obat per 8 jam sekali itu sama dengan membagi 24 jam jadi 3 secara lancip (halah lancip). Maksudnya, ngepas banget gitu kan. Dan sama dengan mesti makan sangat pagi untuk minum obat pertama supaya obat yang kedua gak terlalu sore dan yang ketiga gak terlalu malam. Yang paling berat adalah makan pagi ini yang bener-bener bik

Saya baru aja beres ‘karantina’ di rumah 14 hari sepulang dari Jakarta. Masih akhir Sya’ban. Waktu liat di kaca, kok ada benjolan di leher depan saya. Posisinya sejajar dengan bahu kanan. Gak kerasa apa-apa yang lain, sakitnya cuma kalo benjolannya dipegang. “Bu, ini teteh ada bengkak apaan ya?” tanya saya ke ortu. “Mana gak keliatan?” kata mereka. Benjolannya memang warna kulit, karena sepertinya di dalem. Jadi kalo dari jauh dan dengan maa yang mulai rabun, bakal gak keliatan. “ Sesengkeleun meureun ” kata mereka. Saya kurang au apa istilah sesengkeleun dalam bahasa Indonesia. Katanya dia semacam ‘daging jadi’ yang tumbuh untuk menandakan bahwa kita punya penyakit. Karena sepertinya mereka gak kawatir dan benjolannya juga gak sakit yang mengganggu, saya biarin aja. Toh serem juga kalo ke rumah sakit lagi korona begini. Akhir Juni ada acara 40 harian meninggalnya Mbah. Saya mencoba untuk jadi anak yang bermanfaat di sana. Dari pagi sampai malam, lama duduk sambil nyia