Catatan dari pengajian keluarga
Barusan sore ngaji keluarga. Nyesel banget lupa bawa notes. Salahsatu bahasan yang disamlaikan sama Wa Dadang adalah tentang tentang birrul walidain.
Dalam berbakti sama orangtua, "tidah boleh berkata ah"nya itu terkhusus pada orang tua yang sudah sepuh. Dalam artian, kalau sama orang tua yang masih muda, kita masih bisa berkompromi bahkan mendebat. Tapi kalau sama yang sudah sepuh, iyakan aja.
Ada empat tingkatan kecerdasan manusia:
- Konkrit
- Abstrak
- Prosedural
- Metakognitif
Dalam bahasan ini, mari kita fokus pada tingkat konkrit dan metakognitif. Konkrit itu maksudnya seseorang hanya bisa menangkap krbenaran dari hal yang pasti dan bisa dilihat saja. Pada tingkat metakognitif, orang itu sudah mampu berpikir di luar dirinya sendiri.
Kasusnya: orang tua pernah jadi anak-anak. Maka orang tua mestinya bisa paham bagaimana rasanya jadi anak-anak. Anak-anak belum pernah jadi orang tua, dia tidak pernah merasakan jadi orang tua tapi mampu memahami dan menyesuaikan pikiran dan maksudnya orang tua. Anak itu yang dimaksud punya kecerdasan metakognitif.
Kalau anak disusahin orang tua lalu malah mikirnya "aku kan gak minta dilahirkan". Itu pikirannya cuma sampai tahap konkrit aja.
Ada dua pilihan: mengerti atau dimengerti.
Kalau punya kecerdasan metakognitif dalam berhubungan orang tua dan anak, mestinya orang tua mau mengerti anak dan anak mau mengeri orang tua.
"Orang tua berusaha supaya anaknya bahagia" itu salahsatu contoh pengertian dari orang tua. Mindset ini jangan terbalik --malah ada di pikiran anak. Begitupun sebaliknya, mindset anak ke orang tua "gimana supaya orang tua bahagia". Jadi keduanya saling memberi.
Masih agak panjang lagi sih tapi agak lupa kait mengaitnya gimana jadi bingung nulisnya heu.
Wallahu a'lam bisshawwab
Dalam berbakti sama orangtua, "tidah boleh berkata ah"nya itu terkhusus pada orang tua yang sudah sepuh. Dalam artian, kalau sama orang tua yang masih muda, kita masih bisa berkompromi bahkan mendebat. Tapi kalau sama yang sudah sepuh, iyakan aja.
Ada empat tingkatan kecerdasan manusia:
- Konkrit
- Abstrak
- Prosedural
- Metakognitif
Dalam bahasan ini, mari kita fokus pada tingkat konkrit dan metakognitif. Konkrit itu maksudnya seseorang hanya bisa menangkap krbenaran dari hal yang pasti dan bisa dilihat saja. Pada tingkat metakognitif, orang itu sudah mampu berpikir di luar dirinya sendiri.
Kasusnya: orang tua pernah jadi anak-anak. Maka orang tua mestinya bisa paham bagaimana rasanya jadi anak-anak. Anak-anak belum pernah jadi orang tua, dia tidak pernah merasakan jadi orang tua tapi mampu memahami dan menyesuaikan pikiran dan maksudnya orang tua. Anak itu yang dimaksud punya kecerdasan metakognitif.
Kalau anak disusahin orang tua lalu malah mikirnya "aku kan gak minta dilahirkan". Itu pikirannya cuma sampai tahap konkrit aja.
Ada dua pilihan: mengerti atau dimengerti.
Kalau punya kecerdasan metakognitif dalam berhubungan orang tua dan anak, mestinya orang tua mau mengerti anak dan anak mau mengeri orang tua.
"Orang tua berusaha supaya anaknya bahagia" itu salahsatu contoh pengertian dari orang tua. Mindset ini jangan terbalik --malah ada di pikiran anak. Begitupun sebaliknya, mindset anak ke orang tua "gimana supaya orang tua bahagia". Jadi keduanya saling memberi.
Masih agak panjang lagi sih tapi agak lupa kait mengaitnya gimana jadi bingung nulisnya heu.
Wallahu a'lam bisshawwab
Comments
Post a Comment