LDR
Ramadhan kali ini memang beda. Baru kali ini saya dan 'kakak-kakak' saya bisa kumpul bareng keluarga selama puasa. Biasanya kami pasti melanglang buana ke mana-mana. Bahkan sampai ada yang mesti rela lebaran di kampung orang.
Alhamdulillah sebelum kebijakan pembatasan penerbangan per tanggal 24 kemarin kakak-kakak saya yang mukim di asrama Jakarta bisa pulkam. Sejak 14 Maret waktu pemerintah mulai ngumumin waspada virus corona, kakak-kakak itu sebenernya mulai pada galau mau pulang. Saya pribadi yang tinggal naik kereta ke Bogor nahan diri untuk gak pulang karena agak parno gimana nanti di jalannya. Apalagi saya masih punya adik yang sebulan lalu usianya lima tahun. Khawatir saya carrier dan bikin bahaya yang di rumah. Tapi alhamdulillah dengan pertimbangan biar pas puasa udah beres masa karantina, saya pulang tanggal 13 April kalo gak salah.
Yup. Per awal Ramadhan kemaren asrama sudah kosong dan kita mulai keeping touch di grup yang biasanya tinggal manggil langsung aja. Sesungguhnya udah biasa saling LDR sih tapi entah kenapa kok searang rasanya agak emosional ya huhu.
Saya cerita dikit deh gimana aja kabar kami di rumah dalam kondisi corona ini yang kepisah-pisah dari Sumatra sampai Papua ini (yang kenal kami pasti bisa nebak siapa aja orangnya hehe).
Kakak-kakak yang baru pulang beberapa hari lalu bersepakat untuk ikut prosedur: lapor RT dan puskesmas.
Kakak yang di Tanjung Balai, Sumut, bilang katanya udah lapor ke puskesmas, tapi gak terlalu ketat dan gak diapa-apain cuma dibilang karantina mandiri di rumah, boleh ke luar kalau perlu, yang penting jaga jarak.
Kakak yang di Banyuwangi, Jatim, sudah lama pulkam dari Bandung ke rumahnya. Saya kurang tau gimana kabarnya Mbak ini tapi beliau langsung bikin gerakan #lindungilingkungan kita dengan bikin infografis seputar corona yang bisa dicetak dan dibagikan ke orang-orang sekitar kita dan bagi-bagi masker. Saya tanya "dari 'LPDP' ya mbak? Hahaha" Jawabnya, "Iya". Alias uang dari beasiswa yang beliau terima itu beliau pake buat modal gerakannya. Salutttt!
Kakak yang di Dompu, NTB, hari pertama pulang langsung dicari pak RT katanya. Barusan ada polisi dan tentara yang datang ke rumahnya juga untuk nanya-nanya kondisinya.
Kakak yang di Mempawah, Kalbar, gak terlalu cerita gimana keadaan tanggap Covidnya waktu pulang đ . Cuma ngabari lagi buat kue dan beres-beres.
Kakak yang di Masamba, Sulsel, ibunya RT jadi auto terlapor dan sepupunya kerja di puskesmas. Katanya rumahnya dapet penyemprotan disinfektan dan bantuan 'jatah karantina' dari kelurahan yang beda lagi dengan bantuan untuk orang kurang mampu dan keluarga orang yang terjangkit. Enak memang đ.
Kakak yang di Sorong, Papua Barat, gak termasuk yang pulkam sih karena memang udah mukim di sana. Katanya kondisi daerahnya zona merah, ada dua orang yang meninggal karena virus.
Duh...
Semoga berkah Ramadhan buat kita semua, sehat-sehat selalu dan terlindung dari wabah.
Rindu ngumpul!
Alhamdulillah sebelum kebijakan pembatasan penerbangan per tanggal 24 kemarin kakak-kakak saya yang mukim di asrama Jakarta bisa pulkam. Sejak 14 Maret waktu pemerintah mulai ngumumin waspada virus corona, kakak-kakak itu sebenernya mulai pada galau mau pulang. Saya pribadi yang tinggal naik kereta ke Bogor nahan diri untuk gak pulang karena agak parno gimana nanti di jalannya. Apalagi saya masih punya adik yang sebulan lalu usianya lima tahun. Khawatir saya carrier dan bikin bahaya yang di rumah. Tapi alhamdulillah dengan pertimbangan biar pas puasa udah beres masa karantina, saya pulang tanggal 13 April kalo gak salah.
Yup. Per awal Ramadhan kemaren asrama sudah kosong dan kita mulai keeping touch di grup yang biasanya tinggal manggil langsung aja. Sesungguhnya udah biasa saling LDR sih tapi entah kenapa kok searang rasanya agak emosional ya huhu.
Saya cerita dikit deh gimana aja kabar kami di rumah dalam kondisi corona ini yang kepisah-pisah dari Sumatra sampai Papua ini (yang kenal kami pasti bisa nebak siapa aja orangnya hehe).
Kakak-kakak yang baru pulang beberapa hari lalu bersepakat untuk ikut prosedur: lapor RT dan puskesmas.
Kakak yang di Tanjung Balai, Sumut, bilang katanya udah lapor ke puskesmas, tapi gak terlalu ketat dan gak diapa-apain cuma dibilang karantina mandiri di rumah, boleh ke luar kalau perlu, yang penting jaga jarak.
Kakak yang di Banyuwangi, Jatim, sudah lama pulkam dari Bandung ke rumahnya. Saya kurang tau gimana kabarnya Mbak ini tapi beliau langsung bikin gerakan #lindungilingkungan kita dengan bikin infografis seputar corona yang bisa dicetak dan dibagikan ke orang-orang sekitar kita dan bagi-bagi masker. Saya tanya "dari 'LPDP' ya mbak? Hahaha" Jawabnya, "Iya". Alias uang dari beasiswa yang beliau terima itu beliau pake buat modal gerakannya. Salutttt!
Kakak yang di Dompu, NTB, hari pertama pulang langsung dicari pak RT katanya. Barusan ada polisi dan tentara yang datang ke rumahnya juga untuk nanya-nanya kondisinya.
Kakak yang di Mempawah, Kalbar, gak terlalu cerita gimana keadaan tanggap Covidnya waktu pulang đ . Cuma ngabari lagi buat kue dan beres-beres.
Kakak yang di Masamba, Sulsel, ibunya RT jadi auto terlapor dan sepupunya kerja di puskesmas. Katanya rumahnya dapet penyemprotan disinfektan dan bantuan 'jatah karantina' dari kelurahan yang beda lagi dengan bantuan untuk orang kurang mampu dan keluarga orang yang terjangkit. Enak memang đ.
Kakak yang di Sorong, Papua Barat, gak termasuk yang pulkam sih karena memang udah mukim di sana. Katanya kondisi daerahnya zona merah, ada dua orang yang meninggal karena virus.
Duh...
Semoga berkah Ramadhan buat kita semua, sehat-sehat selalu dan terlindung dari wabah.
Rindu ngumpul!
Comments
Post a Comment