DELF A2 – Je l’ai passée!

Alhamdulillah, udah lama sih testnya tapi baru sempet diselesaikan tulisannya hehe. Besok (20 Desember) pengumuman kelulusannya nih, doakaaan.

Selasa tanggal 24 November saya mengikuti ujian DELF A2. Legaaaaaa banget rasanya. Saking leganya sampe bingung kalo ga ada kegiatan mesti ngapain karena kebiasaan meluangkan waktu untuk exercise DELF.

Cerita saya di postingan terakhir mengenai DELF baru sampai ngisi formulir dan lalalanya. Mari kita lanjutkan

Convocation
Di postingan terakhir saya nyebut convocation tapi belum membocorkan benda apakah itu ? lettre de convocation artinya surat panggilan. Semacam kartu ujian lah kalo di kita mah, tapi bentuknya surat. Berisi nom (nama), numero d’identification (nomor peserta), lokasi ujian kita, beberapa keterangan untuk kesana dan jadwal ujiannya. Surat ini nanti kita tunjukkan beserta KTP asli kita ke l’examinateurs (penguji/pengawas ujian)

CO, CE, PE, PO
Comprehension Oral (listening), Comprehension Ecrit (reading), Production Ecrit (writing) dan Production Oral (speaking) adalah empat jenis tes yang diujikan pada DELF dan DALF.

Kiat-kiat mengerjakan tes
Pesen-pesen dari dosen saya dengan sedikit pengubahan dan tambahan :
  1. Semua soal harus terisi, jangan ada yang dikosongkan karena ga ada pengurangan nilai
  2. Untuk mengerjakan bagian vrai dan faux yang meminta justification, harus dua-duanya tepat, kalau vrai atau fauxnya benar tapi justificationnya salah, maka tidak akan mendapat poin. Begitu juga jika hanya justificationnya saja yang benar, poinnya tetap 0. Kalo gasalah, masing-masing nomer bernilai 2; 1,5 poin untuk justification, 0,5 untuk vrai/fauxnya
  3. Justification adalahkutipan dari teks, jangan reformuler kalimat dari teks
  4. Jika consigne meminta expliquer, reformuler/expliquer avec vos propres mots, jangan mengutip, tapi harus memakai kata-kata sendiri
  5. Poin minimal setiap epreuve (CO, CE, PE, PO) adalah 5/25, jika ada salah satu nilai epreuve yang kurang dari 5 maka tidak akan lulus meskipun secara keseluruhan nilai memiliki poin penuh. Masing-masing epreuve poinnya adalah 25, jika sempurna, semuanya bernilai 100. Nilai minimal kelulusan adalah 50/100.

Pengalaman menjalani tes
Tes dimulai jam 9 pagi, tapi kita udah harus ada di IFI 15 menit sebelum tesnya dimulai. Saat tes dimulai, examinateur cuma ngasih tau sedikit peraturan. Documentnya mesti diisi pake pulpen, kalo pake pensil ga akan diperiksa, katanya. Satu document ada sekian belas halaman, jangan lupa diperiksa jumlahnya sama atau engga. Di document itu udah ada soal untuk CO, CE dan PE. Waktunya sampai pukul 10.40, jadi yaa kita mesti manage waktu 1 jam 40 menitan itu dengan baik untuk menyikat (halah) soal-soalnya.

CO (Comprehension Oral, Listening)
Kita dikasih jatah untuk baca pertanyaannya dulu 3 menit, mendengarkan, 1 menit untuk nulis jawaban, mendengarkan sekali lagi, nulis lagi. Kalo ga salah sih gitu...

Soalnya beda banget kaya pas sebelumnya latihan.. maksudnya bukan pertanyaannya yang sama (jangan berharap soal bahasa akan keluar pertanyaan yang sama dengan apa yang sudah kita pelajari sebelumnya kaya ‘soal UN’ heu), tapi bentuk soalnya itu.. waktu belajar, bentuk soalnya tinggal di cochez semua, yang keluar di DELF ini ada cochez dan uraian yang jawabannya kira-kira satu kalimat. Inilah yang bikin DELF lebih menantang daripada TOEFL yang tinggal milih a/b/c/d aja.

Entah audionya yang kurang bagus atau gimana, suaranya ga jelas banget, ditambah lagi mesti nulis yang bener-bener bikin ga fokus... akhirnya rata-rata semua soal yang isinya uraian saya isi ngasal.

CE (Comprehension Ecrits, Reading)
Peralihan antara CO ke CE dan PE ga dikasih rambu-rambu sama examinateurnya. Jadi pokoknya kalo langsung udah beres satu epreuve langsung lanjut aja.

Lagi-lagi bentuk soalnya beda. Kalo biasanya saya latihan, uturan soalnya cochez - uraian/isian - vrai ou faux, ini campur-campur. Tapi yaa lumayan lah

PE (Production Ecrits, Writing)
Di tes ini kita diminta nulis dua teks, kalo yang saya dapet kali ini, pertama nulis carte postale ke teman saya yang orang Prancis tentang rencana liburan nanti; kemana, berapa lama, sama siapa, ngapain aja. Dan satu lagi, membalas email undangan makan dari teman yang baru pindahan; kita berterimakasih sudah diundang, kasih selamat atas rumah barunya, nyatakan kalo kita bisa datang, makanan apa yang mau kita bawa, kita mau bawa satu orang lagi untuk kesana, berangkat naik apa, tanya alamat rumah barunya.

Rata-rata kita diminta bikin teks dengan 60-80 kata (tergantung consigne) dan kita tulis jumlah kata dari teks yang udah kita buat. Kurang lebihnya untuk bisa nulis teks ini kita udah mesti bisa menggunakan futur proche dan futur simple.

PO (Production Orale, Speaking)
Saya kebagian giliran jam 14.00, lumayan lama jaraknya dari waktu tes tertulis. Rasanya deg-degan banget, jadi pengen buru-buru tes dan langsung pulang rasanya.

Nanti saat gilirannya, kita dipanggil masuk ke ruangan, ambil dua kertas yang berisi tema, kita pilih salah satu untuk monologue suivi. Lalu kita ambil lagi kertas dengan cara yang sama untuk tema jeu de role. Kita dikasih waktu 10 menit (tapi rasanya kaya kurang dari itu) untuk mempersiapkan tema yang kita pilih dengan cara ditulis. Tipsnya, saat mempersiapkan ini, sebaiknya kita tulis aja poinnya atau bikin semacam mindmapping. Ini lebih efisien waktu dan bikin kita lebih mudah saat udah diruangan tes ketimbang kita buat narasi.

Jadi di PO ini ada 3 bagian, pertama monologue tentang diri kita dan keluarga, lalu monologue sesuai tema yang udah kita pilih dan persiapkan, terakhir kita jeu de role dengan jurinya berdasar tema yang kita pilih dan persiapkan. Keseluruhan waktunya 10 menit, jadi kita bicara masing-masing 3 menit, dan untuk monologuenya si juri mungkin akan mengajukan satu atau beberapa pertanyaan kalo waktunya cukup.

Waktu masuk ruang, jangan lupa sapa juri-jurinya. Juri yang ngetes saya ada 2, yang satu ngajak ngobrol dan nyatat nilai, yang satu lagi (sejauh pengamatan saya) memperhatikan, nyatat nilai dan ngurus hal yang ga dihandle yang ngobrol sama kita. Yang bagian ngobrol sama saya monsieur dari Prancis, dan rekannya madame dari Indonesia

Tema yang saya pilih untuk monologue suivi adalah regarder au cinema (nonton di bioskop). Yang saya kebayang adalah kebiasaan nonton saya, tapi kemudian di ruang tes saya baru sadar kalo ini hubungannya dengan bioskop. Duh.. hampir saya keluar konteks, tapi alhamdulillah saya bisa improve. Btw sebelum mulai kita diminta baca consignenya dan ditanya apa kita ngerti sama pertanyaannya atau engga.

Untuk jeu de role juga sama, baca consignenya dulu. Tema yang saya pilih adalah daftar cours de la musique. Saya jadi yang mau daftar, jurinya jadi pengajar lesnya. Kita bikin perjanjian lesnya mau hari apa aja dan jam berapa, mau lesnya dimana, harga tesnya berapa, alat musik apa yang mau kita pelajari dan kenapa mau belajar alat musik itu. Di tes ini saya agak kesulitan untuk mengira-ngira harga, karena salah satu yang belum saya kuasai adalah angka dalam bahasa Prancis ditambah lagi hitungan matematika. Kombinasi yang sempurna untuk membunuh saya #hiks. Tapi karena saya lemot jadi dibantuin jurinya hihi.

Dibagian PO ini kita sebaiknya ngomong terus, tapi pilih bahasa yang mudah dan ga menyulitkan kita dan ga terikat grammaire yang memungkinkan kita salah. Ngomongnya gausah cepet-cepet, yang penting teratur. Kalo kita merasa temanya ‘bukan gue banget’ atau kita belum pernah mengalaminya, halal kok untuk ngebohong, toh si jurinya ga tau... Yang penting bahasanya betul dan jangan sampai kehabisan ide untuk mempertanggung jawabkan kebohongan kita kalo tau-tau ditanya juri, jadi yaa bicaralah dengan merencanakan arah juri ke pertanyaan yang bisa dengan mudah kita jawab. Salutation di awal kita dateng dan saat kita pergi juga penting!


Sekian pengalaman saya, semoga bisa jadi gambaran bagi yang mau tes DELF... Walau bikin bingung mesti belajarnya gimana dan apa yang dipelajari, jangan bosen latihan... Semangat! :D

Comments

Popular posts from this blog

Belajar Bahasa Prancis #1 : Kata Ganti Orang (Pronom Sujet)

Rasanya Kuliah di Sastra Perancis...