Brain explotion #8
Muslim di indonesia jadi apa?
Saat kristenisasi di wilayah-wilayah terpencil ditakuti, apa yang muslim lain janjikan.
Kaum adat punya konsep kepercayaan yang tidak dibuat istilah bakunya sementara Indonesia hanya mengakui lima agama besar untuk dicantumkan dalam KTP sebagai identitas.
Jawa sebagai sentral
Konsep kemajuan dan perkembangan masih matrealistis
Penganut islam mencoba mencontoh nabi. Berdagang, poligami, berpolitik. Tidak bagian memperhatikan sesama, meninggikan ilmu, menafkahkan harta di jalan Allah, merendahkan hati, hidup sederhana, menjaga alam, toleransi
Kita terhegemoni sistem. Menjadikan uang sebagai nilai tukar. Ketika perasaan ingin memiliki uang semakin banyak, jalan untuk mendapatkannya dengan mempolitisir harga barang. Jika cara mendapatkan uangnya dengan bekerja, jalan mendapatkan penghasilan lebihnya dengan bekerja lebih keras.
Ketika hidup dimaknai untuk ibadah, kebutuhan diri mesti terpenuhi untuk dapat hidup, kita berpikir jika kebutuhan diri tercukupi maka cukup. Jika ada perasaan ingin dilihat lebih oleh orang, maka tidak akan ada rasa cukup.
Kalau mau jadi bangsa mandiri, biarkanlah daerah mengurusi dirinya sendiri dengan apa yang dimilikinya. Indikator kemajuan dan perkembangan tidak bisa diukur dari sama-sama makan nasi, sama-sama punya jalan aspal, sama-sama punya rumah tembok lantai keramik. Allah menciptakan kita berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal, bukan untuk diseragamkan apalagi diekspoitasi. Yang penting untuk dibawa ke luar bukan komoditas, tapi teknologi dan budaya sudah cukup.
Sesungguhnya mubadzir itu saudaranya syaitan. Makanlah, minumlah, dan jangan berlebih-lebihan.
Kenapa pemerintah studi banding ke luar negri, bukannya mencoba lebih mengenal negara sendiri? Akhirnya kebijakan jadi tidak cocok dengan sosio-religius dan budaya kita.
Hublu dimaksudkan untuk menjaga kedaulatan. Jangan sampai dimainkan
Saat kristenisasi di wilayah-wilayah terpencil ditakuti, apa yang muslim lain janjikan.
Kaum adat punya konsep kepercayaan yang tidak dibuat istilah bakunya sementara Indonesia hanya mengakui lima agama besar untuk dicantumkan dalam KTP sebagai identitas.
Jawa sebagai sentral
Konsep kemajuan dan perkembangan masih matrealistis
Penganut islam mencoba mencontoh nabi. Berdagang, poligami, berpolitik. Tidak bagian memperhatikan sesama, meninggikan ilmu, menafkahkan harta di jalan Allah, merendahkan hati, hidup sederhana, menjaga alam, toleransi
Kita terhegemoni sistem. Menjadikan uang sebagai nilai tukar. Ketika perasaan ingin memiliki uang semakin banyak, jalan untuk mendapatkannya dengan mempolitisir harga barang. Jika cara mendapatkan uangnya dengan bekerja, jalan mendapatkan penghasilan lebihnya dengan bekerja lebih keras.
Ketika hidup dimaknai untuk ibadah, kebutuhan diri mesti terpenuhi untuk dapat hidup, kita berpikir jika kebutuhan diri tercukupi maka cukup. Jika ada perasaan ingin dilihat lebih oleh orang, maka tidak akan ada rasa cukup.
Kalau mau jadi bangsa mandiri, biarkanlah daerah mengurusi dirinya sendiri dengan apa yang dimilikinya. Indikator kemajuan dan perkembangan tidak bisa diukur dari sama-sama makan nasi, sama-sama punya jalan aspal, sama-sama punya rumah tembok lantai keramik. Allah menciptakan kita berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal, bukan untuk diseragamkan apalagi diekspoitasi. Yang penting untuk dibawa ke luar bukan komoditas, tapi teknologi dan budaya sudah cukup.
Sesungguhnya mubadzir itu saudaranya syaitan. Makanlah, minumlah, dan jangan berlebih-lebihan.
Kenapa pemerintah studi banding ke luar negri, bukannya mencoba lebih mengenal negara sendiri? Akhirnya kebijakan jadi tidak cocok dengan sosio-religius dan budaya kita.
Hublu dimaksudkan untuk menjaga kedaulatan. Jangan sampai dimainkan
Comments
Post a Comment