Can I go home yet?

Sebagai rantawati, musyafir, dan pengangguran terselubung

Rindu rumah adalah salah satu penyakit pengurang spirit, tapi bisa juga jadi hadiah buah perjuangan.

Awal kepergian saya dari rumah, sok-sokan bisa survive gitu dan mencoba meyakinkan bahwa bisa pulang rutin. Eh... Ketika udah ketemu agenda-agenda, sekalinya bentrok sama jatah waktu pulang rasanya uring-uringan banget. Tapi sekarang alhamdulillah, lumayan bisa dikontrol homesicknya meskipun ya dengan mengorbankan janji pulang sebagai biaya peluang. Otomatis, hati tentunya perlu suplemen untuk tetap bisa beraktivitas dengan kinerja prima...

Allahu a'lam soal asbabun nuzul yang jelas dan latar intrinsik lainnya, tapi saya merasa Surat Al-Quraisy mewakili para anak rantau gitu :
1. Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, 2. (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. 3. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah). 4. Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. (Qs. Al-Quraisy : 1-4)
Kalau hayati lagi lelah, enaaak banget rasanya bakar semangat pake Surat Al-Insyiroh
1. Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, 2. Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, 3. yang memberatkan punggungmu? 4. Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. 5. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, 6. sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. 7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain , 8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Qs. Al-Insyiroh : 1-8)
Suplemen paling ampuh numero uno, tentulah ummul kitab..
1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. 3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 4. yang menguasai di hari Pembalasan. 5. Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan. 6. Tunjukilah Kami jalan yang lurus. 7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Terasa, hidup dirumah dengan segala fasilitas dan jaminan dari orang tua bikin kita terlalu menikmati zona nyaman. Sementara hidup jauh, dengan segala problem diri dan sosial lalalala, rasanya cuma Allah yang bisa menguatkan pundak yang walau udah di-koyo-in aja suka masih pegel.

Tapi tetep sih, kalau ditanya soal pulang rasanya suka baper kayak dapet pertanyaan "kapan nikah?" yang jawabnya hanya ada di ujung langit.

Yang jelas, semoga kita bisa pulang dalam kondisi yang terbaik. Kuatlah hati, kita tak tahu berapa jauh lagi jalan yang perlu kita susuri untuk sampai ke rumah.

Comments

Popular posts from this blog

Belajar Bahasa Prancis #1 : Kata Ganti Orang (Pronom Sujet)

Rasanya Kuliah di Sastra Perancis...

DELF A2 – Je l’ai passée!