Semestinya #2
Yang tidak pernah lagi terpanggil dalam mimpi
Pula terapal dalam doa
Teranglah terang
Dinginlah dingin
Biasanya seadzan lagi aku sudah tidur
Demi menikmati bulan
Duduk menanti hingga beruban
Tiap milisekon terasa beban
Ah.. dasar janji
Kau tidak datang
Hanya ada sepucuk beku
Aku selalu berharap ada segaris hitam melintas
Diantara warni yang membosankan
Angin mengalir diantara sela jariku
Kuharap kau tidak bosan ditunggu
Kita memiliki sesuatu diantara langit dan laut
Tempat hal terpendam yang sesekali kita intip namun saling tak mau menguak
Namun aku tak lagi dapat menemukanmu
Dihamparan laut tak bersudut dan langit yang tak terang
Bagaimanapun juga, ombak tidak dapat kau miliki
Walau ia menarikmu
Walau ia menciumi kakimu
Ia akan kembali pada laut
Aku sulit berhenti menoleh ke tempatmu biasa singgah
Hanya udara yang terlihat dari sudut dekat rerumputan
Besok-besok tak aku lakukan hal percuma itu lagi
Untungnya belum kusentuh sebungkus bintang dan sepotong bulan yang kau sodorkan
Terang menjagaku dari hitam kesayanganmu
Aku perlu berjalan jauh
Berhati-hati menghindari pukulan di jantung
Bersabar
Menyukuri pelukan angin yang setia
Aku dapat melihat kemilau cahaya embun
Serakan kelopak bunga dan aroma kenanga
Menyenangkan indra
Jika kelopak itu ditakdirkan untuk layu
Isyaratkah nasibmu untukku seperti itu?
Kemudian layunya mengering tak berbau
Apa guna warna warni indah merayu
Sesulit itukah menerima rasa
Hanya karena sensasi yang tidak masuk di logika
Lulus sudah
Bukan urusan berhasil atau tidak
Ujiannya memang berakhir
Pula terapal dalam doa
Teranglah terang
Dinginlah dingin
Biasanya seadzan lagi aku sudah tidur
Demi menikmati bulan
Duduk menanti hingga beruban
Tiap milisekon terasa beban
Ah.. dasar janji
Kau tidak datang
Hanya ada sepucuk beku
Aku selalu berharap ada segaris hitam melintas
Diantara warni yang membosankan
Angin mengalir diantara sela jariku
Kuharap kau tidak bosan ditunggu
Kita memiliki sesuatu diantara langit dan laut
Tempat hal terpendam yang sesekali kita intip namun saling tak mau menguak
Namun aku tak lagi dapat menemukanmu
Dihamparan laut tak bersudut dan langit yang tak terang
Bagaimanapun juga, ombak tidak dapat kau miliki
Walau ia menarikmu
Walau ia menciumi kakimu
Ia akan kembali pada laut
Aku sulit berhenti menoleh ke tempatmu biasa singgah
Hanya udara yang terlihat dari sudut dekat rerumputan
Besok-besok tak aku lakukan hal percuma itu lagi
Untungnya belum kusentuh sebungkus bintang dan sepotong bulan yang kau sodorkan
Terang menjagaku dari hitam kesayanganmu
Aku perlu berjalan jauh
Berhati-hati menghindari pukulan di jantung
Bersabar
Menyukuri pelukan angin yang setia
Aku dapat melihat kemilau cahaya embun
Serakan kelopak bunga dan aroma kenanga
Menyenangkan indra
Jika kelopak itu ditakdirkan untuk layu
Isyaratkah nasibmu untukku seperti itu?
Kemudian layunya mengering tak berbau
Apa guna warna warni indah merayu
Sesulit itukah menerima rasa
Hanya karena sensasi yang tidak masuk di logika
Lulus sudah
Bukan urusan berhasil atau tidak
Ujiannya memang berakhir
Comments
Post a Comment