Lalu hampa

Singgahlah lebih lama lagi.

Kumohon...

***
Rafale memandang rintik samar dari jendela. Di luar masih lumayan gelap padahal pukul enam pagi sudah lewat beberapa menit yang lalu. Tak ada suara selain bunyi guyuran. Dingin tak mau lepas merangkul tubuhnya yang hanya berkaos oblong dan celana panjang semata kaki.

'Kapan aku bisa melarikan diri...'

Ia mengambil jaket dan kaos kaki. Mengenakannya, kemudian menarik kursi ke dekat jendela. Menyerah dengan hujaman air yang membuatnya terjaga semalaman beserta rasa stresnya. Ia memutuskan untuk duduk dengan tangan dan kaki terlipat kearah dada di atas kursi.

'Kita lihat siapa yang paling kuat'. Tantangnya pada hujan.

Bulir-bulir air yang bertemu dan membuat pola gurat di kaca jendela makin terlihat jelas saat langit berubah warna keabu mudaan. Hujan masih belum puas bertamu walau tidak seramai sebelumnya. Rafale masih memandang ke arah jendela. Semakin fokus dan tajam arahnya ke jendela di sebrang. Untuk kesekian harinya, tidak ada tanda aktivitas manusia dari jendela sebrang. Bertambah satu beban di kepalanya.

'Cukup!' Gerutunya dalam batin sambil bangkit dari kursi. Rasanya Ia ingin menghajar si penanam benih kegilaan dipikirannya itu. Namun pagi ini ia mencoba mencukupkan diri dengan terjun ke kasur dan membenamkan wajahnya ke bantal sambil berteriak dan meraung. Suaranya teredam. Setelah itu ia terpejam.

Comments

Popular posts from this blog

Belajar Bahasa Prancis #1 : Kata Ganti Orang (Pronom Sujet)

Rasanya Kuliah di Sastra Perancis...

DELF A2 – Je l’ai passée!