Why do we start to stop learning?

Beberapa waktu belakangan saya resah, termasuk pada diri saya sendiri. Betapa semakin bertambah umur, kita semakin susah untuk menerima hal baru.

"Saya gak bisa"
"Bukan expertise saya"

Di satu sisi, kalau sangkutannya ke keilmuan, hal ini mencirikan adab untuk tidak membicarakan hal yang tidak diketahui. Tapi kalau soal skill, di era serba cepat gini dengan mindset kayak begitu bikin manusia tersebut ibarat barang reject karena tidak kompatibel dengan zaman.

Di Harlah PII Wati ke-56 ini, yang serba online ini, saya senang.

Senang karena bisa ngurusin sambil rebahan dan senang ada wahana belajar baru --disamping senang karena akhirnya sibuk berorganisasi lagi dan silaturrahim dengan teman-teman dengan semangat muda di mana-mana.

Kalau gak begini, mana akrab kami sama platform media sosial dan konferensi daring.
Padahal cuma Instagram dan Zoom yang segitu user friendlynya.
Cuma yah... selama ini kita anggap gak banyak berkaitan dengan hidup kita sehingga kita urung buat ngulik. Padahal yang deket sama pelajar alias kids zaman now (euh... ada istilah yang lebih baru gak sih?) ya yang beginian.



Comments

Popular posts from this blog

Belajar Bahasa Prancis #1 : Kata Ganti Orang (Pronom Sujet)

Rasanya Kuliah di Sastra Perancis...

DELF A2 – Je l’ai passée!