Serius mau nikah muda?

Menjadi ‘gimana gitu’ tersendiri atas fenomena yang saat ini terjadi. Banyak orang nikah muda. Entah by accident atau emang jodohnya. Keduanya sama-sama bikin khawatir; terutama bagi para pengkaji pendidikan anak dan keluarga.

Kalo yang kasusnya by accident, sebetulnya kita sama-sama tau tindakan preventif dan represif yang mesti di lakukan. Cuma kita gak melakukannya. Dan itu salah. Tapi, entah barangkali efek dari pencegahan hal yang by accident ini ditambah tren hidup syar’i mulai marak khususnya di Indonesia, gerakan anti pacaran -dan aktivitas berkhalwat lainnya- makin marak. Di satu sisi, positif sekali dakwahnya. Tapi entah kenapa kalo di tilik-tilik postingannya lebih banyak ke arah hal yang bikin baper ketimbang informasi kembali ke syari’atnya... Heuheu. Dann kasusnya di facebook ini, ya... Teman saya yang nge-like post dari page anti pacaran lalala itu rata-rata akhwat di bawah 20 tahun. Dannnn beberapa tahun kebelakang justru anak-anak itu yang semacam suka upload selfie wajah imoetz, postingan ‘dibajak pacar’, pokoknya kelakuan kids yang udah-udah sekarang berubah : sambil giat nge-share post seputar anti pacaran, uploadnya gambar akhwat ber-niqab dengan kata-kata mutiara yang didapet dari internet.

Maaf-maaf ya, saya mah sayang da sama orang itu. Uyuhan baca postingan lebih dari 200 kata yang isinya dialog akhwat secara halus menolak ikhwan yang tidak memberi kepastian dengan dialektika-dialektikanya. Berfaedah gak berfaedah, sih... Tapi yang kek gitu teh malah menimbulkan fantasi khususnya untuk perempuan yang senangnya dongeng tentang pangeran-tampan-berkuda-putih menurut saya mah... Akhirnya orientasi hidupnya adalah untuk punya suami yang intinya soleh dan romantis. Masalah fisik, para akhwat itu juga punya fantasi –rata-ratanya- tentang ikhwan tinggi, berjenggot. Masalah finansial, katanya mereka siap berjuang bersama-sama (pfft!). Intinya soleh, dan inginnya romantis.

Hal yang selalu didengungkan adalah ‘memantaskan diri’. Jadi orientasi ‘hijrah’nya gak jarang yang demi si akhi. Hadeuh... Sayang banget cita-citanya kadang secetek itu. Padahal mah hellaaw dikiranya gampang membangun rumah tangga!

Ini saya ngedumel dengan status belum nikah sih. Sejauh ini nggak ada keluarga saya yang nanyain “kapan nikah?”. Gak ada. Teman-teman saya juga. Paling nanyanya “rencana umur berapa nikah?” atau “nikah sama saya yuk?” tapi boong ketang haha.

Alhamdulillah sejauh ini gak tergoda sama hubungan pacaran atau yang mendekati kayak gitu. Alhamdulillahnya juga sekalinya saya ‘belok dikit’ langsung disentil sama Allah. Dan kalo ngobrolin urusan nikah, yang saya tahu jodoh itu ditangan Allah tapi tetap mesti di ikhtiarkan. Tapi bukan untuk sekarang banget.

Saya tipikal orang yang di satu sisi gak bisa hidup tanpa rencana, tapi gak bener-bener mencoba punya rencana jangka panjang karena di sisi lain saya mencoba menikmati dan mensyukuri hidup dan gak tau juga 'kan kapan jatah umur habis. Dan hidup itu bukan cuma untuk diri sendiri. Ada Allah yang mesti disembah, ada orangtua yang mesti dibakti, ada adik yang mesti dididik, ada teman dan sanak saudara yang mesti dijalin silaturrahim, dan ummat yang mesti dikuatkan. Kapan lagi bisa full jadi anak yang berbakti ke orang tua sebagai anak perempuan dan intens membersamai adik-adik, silaturrahim kemana-mana, fokus belajar dan berkarya kalo bukan pas masih sendiri?

“Kan bisa nanti bareng-bareng sama suami”
Ya kalo suaminya se-idealisme dan se-visi! Ya kalo gak kerepotan sama kerjaan rumah!

Bukan, bukan mengutuk orang yang berencana atau sudah menikah muda (hitungan saya nikah muda itu usia 20an-kebawah. ukurannya belum lulus kuliah S1). Semua orang punya kapasitas beban masalah dan jalan hidup yang berbeda-beda. Tapi kalo saya pribadi... mending beresin dulu kuliah dan ikut aktivitas yang bermanfaat buat diri sesuai passion. Kasian juga kan kalo nanti suami yang ingusnya juga baru kering kayak kita udah dikasih beban bantuin kuliah secara moral/material dan ditinggal hangout... Atau justru kitanya yang kasian karena kepusingan dengan diri sendiri udah gitu nyesel dulu gak ngelakuin ini dan itu.

Gitu sih jadinya saya mah... gak mau baper-baperan dulu, malu sama masa depan. Puas-puasin masa mudanya dengan fokus belajar, tanggung jawab ke keluarga, ngurus organisasi, jalan-jalan, dll. dan banyakkin ibadah. Biar pas berkeluarganya juga ada bekal pengalaman dan kalaupun gimana-gimana setelah nikah, sayanya gak gimana-gimana. Tapi yaa jodoh mah cerminan diri, kata QS. An-nur ayat 26 juga...


Intinya, aduh asmara mah rumit! 

Comments

Popular posts from this blog

Belajar Bahasa Prancis #1 : Kata Ganti Orang (Pronom Sujet)

Rasanya Kuliah di Sastra Perancis...

DELF A2 – Je l’ai passée!