Masih bau, jangan cinta

"Ayo, ayo, ih! Kelas empat semuanya kita ke atas"
Teman-temanku ribut. Aku tak tahu apa yang terjadi, tapi katanya akan dilangsungkan penembakan. Aku yang tadinya agak terbawa penasaran memilih kembali ke bangkuku. Sepertinya tidak penting, dan apa juga maksudnya penembakan itu.

Ibang menembak Vonny, katanya. Kalau diterima nanti mereka pacaran. Kalau mereka pacaran nanti bagaimana, ya?

Tidak ada yang tidak tahu kalau Vonny menyukai Ibang. Aku tidak mengerti apa bagusnya si Ibang. Vonny bilang dia ganteng. Barangkali aku hanya memperhatikan orang yang wajahnya ganteng dan pintar, selain itu aku sebal pada anak nakal. Kurasa Ibang tidak ada pada dua golongan itu, jadi aku jarang menghiraukannya.

Tak berapa lama anak-anak yang pergi ke atas tadi memasukki kelas. Vonny berjalan pelan diantara temanku yang berlarian dengan wajah yang aku tidak mengerti sambil membawa coklat. Kulihat coklat itu berkurang satu blok dan hanya dibungkus kertas yang bertuliskan merknya saja tanpa kertas alumunium foilnya.

"Tadi gimana?" kutanya Nisa.
"Gak jadi."

Ibang memasukki kelas paling terakhir dengan ekspresi tidak patah hati.

Bu Ami memasukki ruang kelas. Raut semua temanku tegang. Pertama-tama beliau menanyakan siapa saja anak-anak yang barusan pergi ke atas. Tidak ada yang menjawab.

"Kalian itu masih kecil! Masih bau kencur! Tidak pantas pacar-pacaran... "

Kalimat selanjutnya aku tidak terlalu dengar lagi. Intinya, beliau tidak menyetujui hubungan cinta antara anak SD. Dan aku diam-diam mengendusi kerudung dan baju seragamku. Memangnya bau kencur itu yang bagaimana, sih?

Setelah ceramah panjang Bu Ami, kami melanjutkan pelajaran seperti biasa. Bangku belajarku yang posisinya paling depan ditumpangi Vonny dan Bebek. Apa yang terjadi jam istirahat tadi di atas mungkin menjadi bahan pembicaraan semua orang yang mengobrol di kelas ini sembari menyalin tulisan materi IPA dari papan tulis.

"Sebenernya si Ibang itu sukanya sama elu," kata si Bebek yang adalah sepupunya Ibang padaku. Benarkah? Aku tidak merasa Ibang... Aku tidak merasa bahwa teman laki-laki sekelasku ada yang naksir padaku. "...tapi si Ibang kasian sama si Vonny, makanya yang dia tembak jadi si Vonny."

Percaya tidak percaya, tapi untuk apa si Bebek mengatakan ini kalau bukan fakta? Di depan Vonny pula!

Aku tidak menanggapi apa-apa, dan hari berikutnya semua kembali biasa saja. Aku masih belum juga tahu kencur itu bagaimana, tapi aku tahu kalau jamu beras kencur itu manis dan enak.

Comments

Popular posts from this blog

Belajar Bahasa Prancis #1 : Kata Ganti Orang (Pronom Sujet)

Rasanya Kuliah di Sastra Perancis...

DELF A2 – Je l’ai passée!