Janvier 2016, Chez Moi
Tak kurang keras suara petasan, membuatku yang sudah
terlelap sejak pukul setengah sepuluh langsung terbayang kondisi malam di tanah
para syuhada sebelum sempat benar-benar membuka mata.
Malam ini di rumah hanya ada Bapak, Ibu, aku dan Jidda,
tanpa kembang api dan petasan, tidak juga bakar ayam atau jagung. Seperti biasa, ba’da
isya langsung tidur. Termasuk aku yang sudah tidak menjadi penghuni tetap
rumah, setia pada rutinitas ini. Tak ada pikiran sedikitpun bahkan untuk
menonton acara perayaan akhir tahun di televisi; cukup melanjutkan Bakuman
musim ketiga beberapa episode sebelum tidur. Besok adalah besok, besok yang
memang sudah seharusnya selalu lebih baik dari hari sebelumnya.
Kurang lebih tiga atau empat tahun yang lalu, 31 Desember
bukanlah jadwalku hadir di rumah; suatu keajaiban sejak tanggal 29 ini aku ada.
Saat sedang jauh, aku merasa butuh rumah untuk istirahat, kenyataannya? Oh...
tidak bisa. Rumah berantakan yang merangsangku untuk bersih-bersih, curhatan
pengalaman untuk dibagi ke Ibu, berkomentar tentang berita di tv bersama Bapak,
Jidda yang pada umurnya sangat asik untuk aku kerjai, pertanyaan tentang cerita
sinetron untuk Ma’da, semua menggoda. Laptop yang aku bawa untuk melanjutkan
pekerjaan, membaca buku-buku pdf, membuat tulisan dan sekedar menonton film
nyatris tidak tersentuh. Sekalinya sedang aku sentuh, Jidda masuk kamarku dan
memencet-mencet asal keyboard laptop atau smartphoneku. Memaksa si laptop untuk aku
tidurkan sejenak.
Awal tahun, awal baru.
Di televisi dan sosial media berseliweran pertanyaan : Apa
resolusimu tahun ini?
Jika pertanyaan itu ditanyakan padaku, seperti jawaban
kebanyakan orang yang mereka juga kebanyakan belum kesampaian mewujudkannya :
ingin kurus yang sehat. Kabar hari pertama? Belum siang saja aku sudah makan
dua kali dan makan cemilan dan aku tidak berolahraga karena sisa lelah kegiatan
akhir tahun ditambah kaki kananku yang masih agak terasa sakit karena terkilir
akibat jatuh di kampus awal Desember tahun lalu yang belum dipijat atau treatment
serius lainnya.
Kita masih punya 364 hari lagi sampai tahun depan... untuk
diet. Entah aku serius atau tidak akan ini, dan aku juga tidak yakin 100% akan
berhasil karena tubuh suburku ini keturunan dari Ibu yang merupakan bawaan dari
Mbahku.
Sorenya bibi Bapakku datang ke rumah, aku memanggil beliau
nenek. Nenek biasa memijit, kali ini pasiennya Jidda, lalu aku, lalu Ma’da,
lalu Ibu. Kaki dan seluruh badanku dipijat. Sakit sekali, tapi entah kenapa,
hal ini sudah seperti ‘things to do when I go home’.
05.00
Tidak biasanya aku bangun pukul segini jika kecuali jika aku
tidur lebih dari tengah malam. Mungkin masih efek lelah.
Televisi masih membahas tahun baru dan bom rakitan yang
meledak di bawah mobil milik salah satu stasiun televisi tanpa menyebabkan korban
jiwa saat sedang ada di Bandung. Komentarku : mungkin bagi si pengebom mobil,
petasan di tahun baru itu terlalu mainstream. Komentarku lagi : mungkin awal
tahun ini ada yang butuh rating atau sesuatu untuk dikenang dan bisa dibahas
saat tahun baru mendatang. Allahu a’lam.
Comments
Post a Comment