You are what you update

Belakangan ini kalo buka yutub rasanya makin banyak orang yang mulai mengunggah kehidupan mereka, bukan cuma dari kalangan seleb yang kita bisa liat di tv, tapi bocah mana entahlah juga mulai meramaikan stream yutub. Saya sih gak tau ya, ada yang bilang mereka selebgram gitu tapi karena saya tidak memiliki akun instagram dan otomatis rada kudet jadi yaa tiap ngeliat vlog orang yang ga saya tau saya suka bertanya dalam hati "who the hell is this kid, bikin vlog kaya yang hidupnya penting banget buat kita tau, kenal juga engga" gitu. Di dalam vlog juga, semua orang jadi pemeran utama di serial hidupnya lalu menempatkan orang sebagai peran pendukung, tergantung siapa yang punya kamera dan channel yutub. Look how much drama we can watch now.

Awalnya saya sempet pengen nyoba bikin video gitu juga pas tahun 2015an, saat belum rame orang ngevlog. Aksinya terinspirasi jalan-jalan dan ngajarin bahasanya channel yutub si Damon and Jo. Bentuknya ya kayak vlog gitu, cuman dulu kayanya blm booming istilah vlog. Saya sempet shoot beberapa video yang bahasanya campur Prancis Inggris alakadarnya tapi ga sempet dan akhirnya tidak saya niatkan untuk dipublikasikan karena kurang bagus dan males ngedit dan banyak data yang hilang karena virus dan khawatir manfaat yang diniatkan tidak sampai ke orang-orang.

Hal yang baru saya sadari akhir-akhir ini: Kenapa semua orang jadi pengen banget hidupnya diketahui orang? Mungkin tanpa disadari saya juga gitu sih... Ga sepenuhnya ini bisa dibilang jelek juga, ada lah yang ngasih info bagus di vlognya ga cuman nunjukkin daily activitynya. Tapi yang banyak diuntungkan dari aktivitas ini cuma orang yang kepo. Entah kemudian stalkingnya karena naksir atau kesel sama yang bersangkutan. Yang ga enak, orang yang sedang merasa hidupnya sedang kekurangan sesuatu kemudian merasa dengki tanpa sengaja akibat ga bisa ngerasain kebahagiaan yang sedang berada di pihak anak asik yang update itu.

" Iya...hidup di instagram bahagia semua " kata salah satu temen saya.

Ironis banget. Jadi merasa bersalah walau ga punya instagram tapikan saya update di sosmed yang lain.. dan memang kayaknya gitu sih, yang diupload di ig kebanyakan sisi senang orang-orang. Plesirnya lah, hangout sama bestie lah, makan-makan cantik lah, relationship goals lah. Duniawi banget...

Sosial media ya untuk media bersosialisasi, esensinya bukan untuk menampilkan diri sendiri. Bukan untuk pamer-pameran dan egois-egoisan. So, think before update. Gimana perasaan dan reaksi para penghuni dunia maya yang lain. Kalo komennya negatif, ya terimalah sebagai bahan evaluasi, bahwa ada yang salah di diri kita yang mesti di introspeksi... Alhamdulillah ada orang yang mengingatkan kita langsung, bukan ngejadiin bahan ghibah. Don't live only for the thumbs or love.

Ah... Maafkan ya, kalo saya gimana-gimana di akun sosmed saya. Mudah-mudahan tidak mengandung riya melainkan untuk bersyukur dan semata-mata biar kita bisa dapat hikmah.

Comments

Popular posts from this blog

Belajar Bahasa Prancis #1 : Kata Ganti Orang (Pronom Sujet)

Rasanya Kuliah di Sastra Perancis...

DELF A2 – Je l’ai passée!