Antara Dilan dan Milea

Gak. Gak nulis dalam rangka promosi. Gak nonton filem mereka juga pun. Cuma baca bukunya aja.

Dari awal, bagi saya Iqbal sebagai Dilan itu ramashook.

Terlepas dari itu semua... Orang-orang lagi ngebandingin plot Dilan '90 ama '91. Dilan '90 yang sweet-sweet nyebelin gitu malah bikin kesel satu tahun kemudian. Eh mungkin itu karena keposesifannya Milea aja sih. Eh tapi kalo jadi perempuan sikapnya bakal kek gitu sih ke cowoknya yang bandel.

Gitu emang cewek mah. Maunya punya cowok yang bad boy karena cowok lurus-lurus aja dibilangnya gak seru. Tapi pas bandelnya mucul dia kesel.

Terlepas dari cerita dalam dua buku itu, sekuel terakhirnya, Milea, itu lebih garing lagi.

Sementara Dilan adalah cerita dari sudut pandang Milea, Milea adalah cerita dari sudut pandang Dilan. Keberadaannya cuma buat 'mengklarifikasi' apa-apa yang diceritain Milea.

Gitulah kira-kira kalo laki-laki yang cerita. Sudah lewat hujan badai pasang surut, responnya cuma "yaudah lah ya mo gimana lagi". Tapi disisi lain, kita yang udah geregetan ama kelakuan Dilan berdasarkan apa yang diobrolin Milea jadi terpaksa maklum dan ikhlas.

Kering sekali pokoknya. Bikin haus bacanya.

Comments

Popular posts from this blog

Belajar Bahasa Prancis #1 : Kata Ganti Orang (Pronom Sujet)

“Bade Disepétan Teu?”

Rasanya Kuliah di Sastra Perancis...