Semua orang punya satu titik dimana ia merasa terkesima dengan jalannya menemukan pelabuhan cinta. Dengan kompas dan intuisi navigasi hidup manusia punya rutenya masing-masing hingga akhirnya mencapai daratan di tengah –atau ujung- laut takdir. Saya.. entahlah. Urusan jodoh yang katanya di tangan tuhan juga katanya perlu diikhtiarkan. Tidak seperti hidup dan mati yang sudah digaris patenkan, urusan teman hidup dan surga-neraka garisnya lebih fleksibel bergantung pada usaha dan kemauan manusia. Iyakah? Jangan tanya saya! Just wondering... the who, when, and how. Merencanakan jodoh dengan presisi terdengar cukup mengerikan bagi saya seolah mendahului ketentuan Tuhan. Walau barangkali bisa saja, tapi apakah kemudian jalannya diberkati? Kemudian saya memperhatikan pasangan-pasangan disekitar saya yang berhasil ke pelaminan bukan sekedar bagai tamu yang ikut foto bersama, tapi jadi yang ‘di-hajat-in’. Apakah mereka mirip physically, mentally, habitually , atau entah ...