Brain explotion #7
Setiap ngeliat baju pengantin perempuan yang roknya lebar bahkan sampai memanjang banget, kayaknya cantik gitu. Pas nyetrika gamis yang modelnya umbrella dress, aduh kerasa deh peernya ngegosok gak beres-beres. Roknya aja bisa dibuat baju lagi kayaknya. Makin kerasa kalo ke tempat jait minta dibuatin roknya yang lebar. Tidak bisa terwujud hanya dengan kain secukupnya. Kalo mau harganya mesti lebih mahal karena butuh kain lebih banyak.
Aduh ya Allah orang mah butuh ya baju layak pakai.. ini kain dihambur-hambur hanya demi satu baju.
Perempuan, rela banget sih ribet-ribet pake baju yang berat itu demi cantik!
(1. 16:47)
Ngeliat adegan Wulan Guritno minta dianterin beli make up sama Nicholas Saputra di film Gie waktu Aliyah bikin saya membatin "Ih centil banget sih tukang dandan pake minta ditemenin segala lagi. Gie kamu sama Ira ajalah!". Setelah beranjak kepala dua, nonton drama, baca webtoon dan mojok, juga liat video gaya pacaran si Edgar di channel yutub abangnya ternyata jajan kosmetik ama pacar itu lumrah ya. Dan cowoknya yang modalin. Dan make up juga jadi salah satu hal yang bisa ditanggapi dengan "duit dari mana" di benak cowok.
(11. 02:13)
Membaca aksara itu seriously challenging. Otak kayak kerja tiga kali: memproses bentuk, memproses bunyi, memproses makna.
Pentinglah muslim sedari kecil dilatih huruf hijaiyah, sehingga ketika tumbuh minimalnya tidak lagi kesulitan memproses bentuk dan bunyi dan bisa fokus ke menyelami makna firman dan sabda tekstual
(14. 20:42)
Ngeliat status temen, katanya tiap musim haji pasti ngarep kurma, kismis dan kacang arab.
Hidup masa kecil saya juga dipenuhi dengan harapan 'uwa jauh' saya --secara garis darah dan jarak-- bawa coklat yang enak-enak macam Snickers, Bounty dan Hersey's kalo lagi pulkam dari Amerika.
Sekarang udah enggak lagi. Walaupun sejak lama sudah ada toko milik keturunan Arab yang jual oleh-oleh haji di Indonesia tapi sekarang lebih mudah lagi dapet camilan khas timur tengah dengan pesan daring atau jastip ke teman. Begitupun coklat-coklat dambaan saya, kalo lagi pengen tinggal ke minimarket aja udah ada.
Yah, walau sejujurnya rasanya tidak senostaljik dulu sih. Sensasi barang kargo kerabat tuh beda gitu.
(15. 21:05)
Setelah sekian lama tinggal dan bergaul dengan orang priangan tengah dan timur, saya yang tadinya tidak lancar berbahasa Sunda jadi lumayan bisa bercakap bahkan dengan bahasa halus.
Ketika mendengar bahasa Sunda yang digunakaan keluarga di Bogor, saya malah jadi canggung karena tingkat bahasa yang digunakan cenderung kasar dan nada bicaranya tinggi-keras walau kadang gaya bicara itu secara spontan juga keluar dari saya ketika ngobrol dengan teman atau bapak-ibu. Kayak suatu hari saya ditanya mamang saya: "manéh bisa ngomong Sunda teu?" (bisa ngomong bahasa Sunda gak? Dengan bahasa pergaulan). Saya diem dulu beberapa detik untuk memutuskan enaknya jawab gimana hingga akhirnya keluar kata "tiasa" (bisa. Sunda halus) dari mulut saya. Begitupun ketika nenek-nenek saya yang nawarin orang makan dengan bilang "geus dahar can? kadieu, dahar heula!" (Udah makan belum? Sini, makan dulu. Tingkatannya basa loma/pergaulan) sambil kayak ngegas padahal baik-baik ngajak makan. Kalau di yang lain bahasanya "tos tuang teu acan? Hayu tuang heula" dengan nada dan gestur yang bisa dilihat di ftv.
Kadang saya lupa. Sesungguhnya bahasa Sunda Bogor lah akarnya bahasa Sunda. Disebutnya Sunda Buhun. Macam Jawa Ngapak gitu lah. Tapi karena tidak banyak yang melestarikannya, orang Bogor kebanyakan ngobrol pake bahasa Indonesia karena banyaknya pendatang dari daerah lain belum lagi bahasa-bahasa daerah perbatasan betawi dan yang lagi ngehits ngobrol campuran Inggris, makin-makin lah gak ada yang tau.
(15. 21:22)
Beberapa kesadaran datang dari seorang pelacur. Pelacur yang sadar.
Sejauh ini aku bukan pelacur. Dan tidak sadar apa-mengapa. Tapi semoga kamu bisa tersadarkan.
(20. 21:34)
Aduh ya Allah orang mah butuh ya baju layak pakai.. ini kain dihambur-hambur hanya demi satu baju.
Perempuan, rela banget sih ribet-ribet pake baju yang berat itu demi cantik!
(1. 16:47)
Ngeliat adegan Wulan Guritno minta dianterin beli make up sama Nicholas Saputra di film Gie waktu Aliyah bikin saya membatin "Ih centil banget sih tukang dandan pake minta ditemenin segala lagi. Gie kamu sama Ira ajalah!". Setelah beranjak kepala dua, nonton drama, baca webtoon dan mojok, juga liat video gaya pacaran si Edgar di channel yutub abangnya ternyata jajan kosmetik ama pacar itu lumrah ya. Dan cowoknya yang modalin. Dan make up juga jadi salah satu hal yang bisa ditanggapi dengan "duit dari mana" di benak cowok.
(11. 02:13)
Membaca aksara itu seriously challenging. Otak kayak kerja tiga kali: memproses bentuk, memproses bunyi, memproses makna.
Pentinglah muslim sedari kecil dilatih huruf hijaiyah, sehingga ketika tumbuh minimalnya tidak lagi kesulitan memproses bentuk dan bunyi dan bisa fokus ke menyelami makna firman dan sabda tekstual
(14. 20:42)
Ngeliat status temen, katanya tiap musim haji pasti ngarep kurma, kismis dan kacang arab.
Hidup masa kecil saya juga dipenuhi dengan harapan 'uwa jauh' saya --secara garis darah dan jarak-- bawa coklat yang enak-enak macam Snickers, Bounty dan Hersey's kalo lagi pulkam dari Amerika.
Sekarang udah enggak lagi. Walaupun sejak lama sudah ada toko milik keturunan Arab yang jual oleh-oleh haji di Indonesia tapi sekarang lebih mudah lagi dapet camilan khas timur tengah dengan pesan daring atau jastip ke teman. Begitupun coklat-coklat dambaan saya, kalo lagi pengen tinggal ke minimarket aja udah ada.
Yah, walau sejujurnya rasanya tidak senostaljik dulu sih. Sensasi barang kargo kerabat tuh beda gitu.
(15. 21:05)
Setelah sekian lama tinggal dan bergaul dengan orang priangan tengah dan timur, saya yang tadinya tidak lancar berbahasa Sunda jadi lumayan bisa bercakap bahkan dengan bahasa halus.
Ketika mendengar bahasa Sunda yang digunakaan keluarga di Bogor, saya malah jadi canggung karena tingkat bahasa yang digunakan cenderung kasar dan nada bicaranya tinggi-keras walau kadang gaya bicara itu secara spontan juga keluar dari saya ketika ngobrol dengan teman atau bapak-ibu. Kayak suatu hari saya ditanya mamang saya: "manéh bisa ngomong Sunda teu?" (bisa ngomong bahasa Sunda gak? Dengan bahasa pergaulan). Saya diem dulu beberapa detik untuk memutuskan enaknya jawab gimana hingga akhirnya keluar kata "tiasa" (bisa. Sunda halus) dari mulut saya. Begitupun ketika nenek-nenek saya yang nawarin orang makan dengan bilang "geus dahar can? kadieu, dahar heula!" (Udah makan belum? Sini, makan dulu. Tingkatannya basa loma/pergaulan) sambil kayak ngegas padahal baik-baik ngajak makan. Kalau di yang lain bahasanya "tos tuang teu acan? Hayu tuang heula" dengan nada dan gestur yang bisa dilihat di ftv.
Kadang saya lupa. Sesungguhnya bahasa Sunda Bogor lah akarnya bahasa Sunda. Disebutnya Sunda Buhun. Macam Jawa Ngapak gitu lah. Tapi karena tidak banyak yang melestarikannya, orang Bogor kebanyakan ngobrol pake bahasa Indonesia karena banyaknya pendatang dari daerah lain belum lagi bahasa-bahasa daerah perbatasan betawi dan yang lagi ngehits ngobrol campuran Inggris, makin-makin lah gak ada yang tau.
(15. 21:22)
Beberapa kesadaran datang dari seorang pelacur. Pelacur yang sadar.
Sejauh ini aku bukan pelacur. Dan tidak sadar apa-mengapa. Tapi semoga kamu bisa tersadarkan.
(20. 21:34)
Comments
Post a Comment